Sesungguhnya, Mataram merupakan prioritas kami pada hari ketiga serta keempat. Namun, sebab kami kurang diatas peta Lombok, sehabis dari Air Terjun Benang Stokel dengan Benang Kelambu, kami langsung menuju Mataram menggandrungi lokasi berwisata apa saja yang bisa ditemui. Kami menemukan Taman Mayura yang tempatnya persis pada pusat bisnis perkotaan Cakranegara, Mataram, Lombok Barat. Tepatnya di belakang SPBU Cakranegara *meski dalam pusat kota, kami selalu nyasar dong! :))*
Masuk menuju Taman Mayura bahwa bukan salah ingat, perorang ditarik harga 10.000 rupiah. Mungkin dikarenakan dalam pusat kota, biaya tiketnya menjadi cukup mahal :p *dasar pelit!*. Di sini, pengunjung akan ditawari memanfaatkan jasa guide atau tidak. Ketika itu, kami memakai jasa guide untuk menambahkan secara detail sejarah Taman Mayura.
Taman Mayura ialah saksi sejarah datangnya kerajaan Hindu pada Pulau Lombok. Dibangun dalam periode ke-17 menurut raja Anak Agung Ngurah, Taman Mayura sebelumnya menggapai fungsi ialah tempat petilasan, lokasi kedatangan tamu, tempat bermusyawaah, sesudah tempat istirahat. Ujar Mayura dibawa dari burung merak yang sebelumnya dipakai demi mengusir ular pada satu kota taman. Adanya burung merak di taman tersebut bersua usul sahabat raja asal Pakistan--yang saya lupa namanya siapa :/.
Nama asli Taman Mayura sebenarnya merupakan Taman Mayora. Tetapi, karena wisata Lombok kurang fasih menyebut huruf 'o' maka jadi Mayura. Pelafalan 'ra' pun bukan memakai huruf 'a' namun 'e'. Menjadi seumpama diucapkan berbunyi Taman Mayure. Persis dengan Taman Narmada jadi Taman Narmade, Pantai Kuta menjadi Pantai Kute.
Melalui Taman Mayura, pengunjung bakal di suguhi pemandangan asri laiknya sebuah taman dengan sebuah kolam besar berada pada tengah. Kolam ini sebagai lokasi mandi para dayang raja. Di tengah kolam pemandian terdapat selasar untuk sidang atau lokasi musyawarah lengkap juga enam patung tokoh Islam berasal Pakistan. Keenam patung itu yaitu simbol balas jasa raja pada teman karibnya yang sukses mengusir ular dari taman memakai burung merak. Simbol patung tersebut dan menandakan datangnya keberagaman agama dalam Pulau Lombok. Artinya, meskipun kerajaan Hindu berkuasa saat ini, toleransi agama umat Hindu cukup kuat. Tersebut dibuktikan sesudah kini. Dimana 40% warga Lombok yaitu pemeluk agama Hindu, 55% umat muslim, serta sisanya beragam agama. Suasana Hindunese dalam Pulau Lombok khususnya pada Mataram sangat terasa, persis mirip dalam Bali, sangat banyak pura dalam tepi tindakan. Menariknya, meski memperoleh banyak pura dalam tepi tindakan, Lombok lebih dimengerti juga sebutan Pulau Seribu Masjid. Karena, sepanjang cara, masjid bertebaran dimana-mana. Jadi, umat muslim yang mendarat ke Pulau Lombok nggak perlu risau nggak berhasil salat karena tak menemukan masjid atau musala.
Kembali ke Taman Mayura, selain disuguhi pemandangan asri taman dan rimbunnya pepohonan disertai angin semilir, pengunjung bakal diajak menelusuri kalangan peribadatan. Ialah, Pura Jagatnatha. Pura Jagatnatha merupakan pura terbesa ketiga dalam Indonesia setelah Pura di Borobudur, Jogjakarta juga Pura Bedugul pada Bali. Pura tersebut terbuka untuk umum. Tetapi, di ketika upacara keagamaan, pura akan disterilkan sebab akan jadi pusat keagamaan umat Hindu. Pada satu kota pura terdapat pohon beringin. Bagi kepercayaan, pohon beringin tidak sekedar mengandung unsur mistis namun dengan adalah pertanda hal tempat bakal makmur, sukses, juga sangat aman sentosa. Filosofi ini persis semacam pada Alun-alun Kidul Jogjakarta yang mempunyai 2 pohon beringin besar dengan sumber kemakmuran buat publik yang memercayai.
Saat membuka tempat pura, ada seorang keluarga yang mendirikan tenda lengkap serta perabotan rumah tangga. Pemandu menjelaskan, keluarga tersebut sebagai keluarga beruntung yang berhak mendirikan tenda dalam sekitar pura, ampuh di depan tempat petilasan raja di dekat kolam air, sepanjang tiga hari berturut-turut. Dikarenakan, keluarga itu sukses melempar botol akua berisi pengharapan di salah satu ujung pohon beringin yang diyakini bakal mendapat berkah, petunjuk, serta keberuntungan dari Seorang Hyang Widhi. Botol yang dikaitkan juga tali itu tak bakal jatuh pada kurun kala satu-dua minggu. Tetapi bisa sampai berbulan-bulan. Bahwa botol jatuh, maka umat Hindu lain terbaru berhasil mencoba keberuntungan serupa.